Rilis Pers Mewujudkan Keluarga Berkualitas Melalui Gaharu Keluarga dalam Konteks Keragaman Keluarga di Indonesia 17 Desember 2023

Keluarga Indonesia juga tengah mengalami tantangan yang sangat berat, yakni mengatasi adiksi atau yang seringkali dilihat sebagai kecanduan atau ketergantungan.

Rilis Pers Mewujudkan Keluarga Berkualitas Melalui Gaharu Keluarga dalam Konteks Keragaman Keluarga di Indonesia 17 Desember 2023

  • Gerakan Pembaharu Keluarga (Gaharu Keluarga) meluncurkan Panduan
    Pengasuhan Berbasis Empati untuk Pengelola Panti Asuhan bersama
    Yayasan Teman Saling Berbagi serta 15 Seri Kisah Baik Change Leaders
    Gaharu Keluarga tentang pengalaman mendampingi keluarga dengan
    berbagai bentuk di Indonesia.
  • Untuk mewujudkan Keluarga Berkualitas Indonesia di Indonesia Emas 2045,
    tantangan keragaman tipologi keluarga ini membutuhkan pendekatan
    pengasuhan keluarga yang juga beragam. Untuk merespon ini, Gaharu
    Keluarga hadir dan bertujuan memperkuat ekosistem keluarga dimana
    anak-anak mampu berempati dan bertumbuh kembang menjadi pembaharu.
  • Dalam rangka memperingati Hari Ibu, penggerak Gaharu Keluarga bersama
    Yayasan Teman Saling Berbagi dan didukung Deputi Bidang Kesetaraan
    Gender Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
    akan mengadakan Webinar bertajuk “Ragam Strategi Pengasuhan Keluarga
    dalam Mewujudkan Keluarga Berkualitas di Indonesia” tanggal 17 Desember.

  Pada tanggal 17 Desember 2023, Ashoka Indonesia melalui Gerakan Pembaharu Keluarga (Gaharu Keluarga) melaksanakan webinar “Ragam Strategi Pengasuhan Keluarga dalam Mewujudkan Keluarga Berkualitas di Indonesia” didukung oleh Yayasan Teman Saling Berbagi, dan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Acara ini merupakan rangkaian kerjasama Ashoka dengan organisasi-organisasi mitra yang fokus di bidang perempuan, keluarga, dan pengasuhan untuk mewujudkan gerakan pembaharu di dalam keluarga Indonesia.

  Keluarga, sebagai unit terkecil di masyarakat, memegang peranan sentral dalam kemajuan bangsa Indonesia, seperti yang tergambar dalam dokumen Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025-2030. RPJMN menetapkan keluarga sebagai landasan transformasi dalam Ketahanan Sosial, Budaya, dan Ekologi dengan tujuan membangun Keluarga Berkualitas, Kesetaraan Gender, dan Masyarakat Inklusif. “Keluarga sebagai pilar utama dan garda depan dalam pembentukan karakter anak, menjadi salah satu fokus utama pemerintah. Ini sejalan dengan Arahan Presiden terkait peran ibu dan keluarga dalam pendidikan dan pengasuhan anak, sehingga dibutuhkan strategi pengasuhan yang tepat untuk masyarakat Indonesia yang beragam” ujar Ratna Susianawati selaku Deputi Bidang Perlindungan Hak Perempuan Kementerian Perempuan dan Pemberdayaan Anak dalam sambutannya mewakili Ibu Menteri PPPA.

  Gerakan Pembaharu (Gaharu) Keluarga, yang melibatkan 14 organisasi seperti Ashoka, Aisyiyah, Fatayat NU, RAHIMA, PEKKA, Ibu Profesional, TANOKER,  PESADA, Yayasan SEJIWA, IBEKA, KBR, Komunalian, Main Bareng Project, Tuntungan Board Game, LAdA Damar, Komunitas Dakocan, dll, hadir sebagai respons terhadap kompleksitas dan keragaman ini. Gaharu Keluarga tidak hanya mengakui keberagaman tipologi keluarga, tetapi juga mendorong pendekatan yang holistik dalam memperkuat ekosistem keluarga. Dengan fokus pada pembentukan anak-anak sebagai pembaharu dan keluarga sebagai agen perubahan, Gaharu Keluarga berupaya menciptakan tatanan masyarakat yang adil dan egaliter untuk Indonesia.

  Namun, mencapai tujuan tersebut dihadapkan pada sejumlah tantangan yang tercermin dalam keragaman tipologi keluarga di Indonesia. Kendati ada upaya pemerintah dan berbagai lembaga untuk memahami dan merespons keragaman ini, masih terdapat kebutuhan untuk meningkatkan pemahaman dan dukungan dalam mewujudkan keluarga yang berkualitas di setiap lapisan masyarakat.

  Dalam konteks pengasuhan keluarga, tidak bisa hanya melihat keluarga ideal dimana terdapat ayah, ibu, dan anak. Tetapi juga berbagai bentuk pengasuhan lainnya seperti pengasuhan jarak jauh yang dilakukan keluarga pekerja migran juga pihak-pihak terkait lainnya di sekitar lingkungan tumbuh kembang anak. Di
Ledokombo, Kabupaten Jember yang merupakan salah satu wilayah asal pekerja
migran di Indonesia, terdapat istilah "anak yatim piatu sosial", yakni anak-anak yang ditinggal orang tuanya bekerja di luar kota bahkan luar negeri. Anak-anak tersebut kerap kali kurang mendapatkan pengasuhan yang tepat. “Sebagai upaya merespon situasi ini, kami mengembangkan model pengasuhan gotong royong mulai dari tingkat desa dengan kolaborasi bersama anak-anak, ibu-ibu, bapak-bapak, hingga lansia sebagai motor penggerak (change leaders). Gerakan bersama berbasis "learning society" tersebut telah melahirkan pembaharuan yang bersifat GLOKAL (lokal hingga global). Hal ini menjadi penting karena isu migrasi tidak hanya berangkat dan berdampak di lokal tetapi juga global”, demikian dikemukakan oleh Farha Ciciek, ketua Komunitas Tanoker dan Ashoka Fellow 2006.

  Sejalan dengan yang dilakukan Tanoker, komunitas Yayasan Teman Saling Berbagi (YTSB) di Bandung melakukan pendampingan dan penguatan untuk pengasuhan anak-anak di Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) atau yang umum dikenal dengan sebutan panti asuhan. Selama ini anak panti asuhan sering menjadi objek ketidakberdayaan dengan hanya dilibatkan pada saat perayaan acara ulang tahun, santunan Ramadhan, dll. Padahal banyak potensi yang bisa diasah dengan pengasuhan yang tepat di panti asuhan. “Problematika yang umum dihadapi di panti asuhan adalah keterbatasan jumlah pengasuh dan harus mengasuh banyak anak dengan beragam luka pengasuhan, sehingga berdampak pada rendahnya kepercayaan diri, dan kesehatan mental lainnya pada anak. Karena itu sangat penting untuk semua pihak bekerjasama menyiapkan kemampuan pengelola panti asuhan dalam melakukan pengasuhan yang berempati dan berwelas asih” ujar Farhanah Fitria, pendiri Yayasan Teman Saling Berbagi.

  Di sisi lain, keluarga Indonesia juga tengah mengalami tantangan yang sangat berat, yakni mengatasi adiksi atau yang seringkali dilihat sebagai kecanduan atau ketergantungan. Sejatinya, adiksi adalah gangguan kesehatan yang menyerang sistem kerja otak manusia yang terbentuk dari stimulasi yang diberikan secara terus menerus sehingga menimbulkan kenikmatan dan ketagihan atas rasa nikmat tersebut. “Adiksi adalah penyakit keluarga karena satu anggota keluarga terkena adiksi, maka akan berdampak pada anggota keluarga yang lainnya. Karena itu orangtua masa kini harus memiliki kemampuan pengetahuan penggunaan teknologi khususnya internet, sehingga bisa menjalankan peran pencegahan dan
pengendalian dengan tepat di keluarga.” demikian penjelasan Eka Prahadian Abdurahman, Ketua Ikatan Konselor Adiksi Indonesia Provinsi Sumatera Utara dalam webinar sore ini.

  Merespon beragam kebutuhan dan tantangan ini, Pemerintah melalui instansi terkait khususnya Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) berkomitmen untuk meningkatkan kualitas keluarga yang responsif gender dan ramah anak. Pendekatan yang holistik antara pemenuhan hak anak, peningkatan kualitas hidup perempuan, serta perlindungan perempuan dan perlindungan khusus anak menjadi perhatian penting. “Kami mendorong bagaimana setiap individu yang terlibat dalam pengasuhan keluarga (termasuk diantaranya pengelola panti asuhan dll) memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang pengasuhan berbasis hak anak yang mengacu pada tiga hal: (1) tidak adanya kekerasan dalam bentuk apapun; (2) memastikan tidak terjadinya perundungan pada anak; (3) penerapan disiplin positif pada anak. Untuk mewujudkan ini, partisipasi dari semua lini mutlak diperlukan untuk bergotong royong membangun keluarga yang berkualitas” ungkap Eko Novi, Asisten Deputi Bidang Pengarusutamaan Gender KemenPPPA.

  Sebagai rangkaian dari peringatan Hari Ibu tahun ini pada tanggal 22 Desember 2023 mendatang, dalam webinar ini diluncurkan pula dua seri sumber bacaan terkait pengasuhan keluarga yaitu Panduan Pengasuhan Berbasis Empati untuk Pengelola Panti Asuhan yang disusun oleh Yayasan Teman Saling Berbagi bekerjasama dengan beragam organisasi dan praktisi, serta Seri Kisah Baik Change Leaders Gaharu Keluarga tentang pengalaman 15 orang fasilitator penggerak keluarga mendampingi beragam bentuk keluarga di Indonesia. Kedua dokumen ini dapat diunduh melalui website www.ashoka.org/gaharu_keluarga. “Ini merupakan bentuk nyata kerja gotong royong sehingga menghasilkan sinergi dan kontribusi yang luar biasa untuk memajukan keluarga dalam pengasuhan berbasis empati menuju keluarga yang berkualitas di Indonesia” ujar Nani Zulminarni, Direktur Ashoka regional Asia Tenggara.

  Sesi webinar “Ragam Strategi Pengasuhan Keluarga dalam Mewujudkan Keluarga Berkualitas di Indonesia” secara lengkap dapat diikuti via Youtube Ashoka Indonesia melalui link: https://www.youtube.com/live/Eo3oJnsQIMY?si=1FD9i5rW080_DUfa

Tentang Ashoka
  Ashoka didirikan pada tahun 1981 oleh Bill Drayton di India dan mulai beroperasi di Indonesia pada tahun 1983. Ashoka merupakan jejaring wirausaha sosial terbesar di dunia dengan 4.000 orang Ashoka Fellow dari 93 negara di dunia, dan 205 diantaranya berada di Indonesia.

  Visi Ashoka adalah bagaimana mewujudkan Semua Orang Pembaharu (Everyone A Changemaker - EACH) agar setiap orang berkemampuan untuk melakukan perubahan di tengah era perubahan yang sangat cepat. Ashoka Indonesia mendorongkan Gerakan Pembaharu (GAHARU) untuk ekosistem keluarga (Gaharu Keluarga), ekosistem pendidikan orang muda (Gaharu Muda), serta ekosistem komunitas penggerak dan lintas keagamaan.

Narahubung: Rina Kusuma (Family Changemaking Manager Ashoka Indonesia)
Email: rkusuma@ashoka.org
Hp: +62 811 913 885
Website: www.ashoka.org
Instagram: @ashoka.id

Tentang Yayasan Saling Berbagi
  Yayasan Teman Saling Berbagi adalah lembaga non-profit yang bergerak di bidang sosial dan pendidikan dengan semangat menyebarkan pesan kebaikan berupa Saling Bukan Silang melalui kegiatan pelatihan (training), pendampingan (mentoring dan coaching), dan kampanye konten kebaikan di media sosial (campaign). Pada tahun 2016 Yayasan Teman Saling Berbagi masih berbentuk komunitas dengan nama Komunitas Teman Berbagi yang didirikan oleh Farhanah Fitria Mustari, lalu tahun 2019 Komunitas Teman Berbagi bertransformasi menjadi Yayasan Teman Saling Berbagi yang berkomitmen untuk menghadirkan program yang mengarahkan kepada capacity building/self-development untuk individu maupun instansi agar mampu mencapai versi terbaik dirinya ketika menerapkan prinsip Saling Bukan Silang.

  Seluruh aktivitas kebaikan di Yayasan Teman Saling Berbagi berdasarkan Prinsip #SalingBukanSilang yang merupakan nilai inti organisasi. Kami percaya bahwa Yayasan Teman Saling Berbagi bukan hanya tentang wadah kebaikan, tetapi tentang pelayaran bersama bahwa kami mampu menerbitkan terang setelah gelap.

Narahubung: +62 812-2357-1600 (Yayasan Teman Saling Berbagi)
      +62 882-1865-1716 (Yoan - Head of Partnership)
Email: partnership.ytsb@gmail.com
Website: yayasantemansalingberbagi.org
Instagram: @ytsb_official
LinkedIn: Yayasan Teman Saling Berbagi

Tentang Tanoker
  Komunitas Tanoker didirikan di Desa Ledokombo, Kabupaten Jember, Provinsi Jawa Timur pada tanggal 10 Desember 2009. Dalam bahasa Madura, Tanoker berarti kepompong. Ini sebuah simbol proses yang dibangun bersama anak-anak, ibu-ibu, bapak-bapak dan lansia yang mayoritas keluarga pekerja migran.

  Dengan semboyan “bermain, belajar, bergembira, bersahabat, dan berkarya”, Tanoker bermula sebagai kelompok bermain dan belajar untuk anak-anak pekerja migran dengan pendekatan sosial budaya dalam situasi bermain yang menyenangkan, "playing is a learning for better living". Dengan menggunakan egrang sebagai media belajar, timbul kepedulian bersama terhadap anak-anak dan semua elemen masyarakat menjadi orang tua semua anak.

  Dalam perjalannya, Tanoker mempromosikan model pengasuhan gotong royong dengan mendirikan Sekolah Bok-ebok (Mother School), Sekolah Pak-bapak (Father School), dan Sekolah Eyang (Grandparent School). Selain itu didorongkan inisiasi Festival Egrang, Pasar Lumpur, Tanocraft, dan destinasi wisata perdamaian untuk mengangkat perekonomian warga desa.

  Tanoker meraih berbagai penghargaan antara lain dari Bupati Jember sebagai Pelopor Pemajuan Seni Budaya tahun 2016, penghargaan terbaik Kedua Kategori Daya Tarik Wisata Budaya dalam Anugerah Wisata Jawa Timur 2017, dan Ikon Prestasi Indonesia kategori pegiat sosial dalam Festival Prestasi Indonesia yang diselenggarakan oleh Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila tahun 2017.

Narahubung: Farha Ciciek (pendiri TANOKER)
Email: malukuambon@yahoo.co.id
Hp: +62 813 3148 5772
Website: www.tanoker.org
Facebook: Komunitas Tanoker Ledokombo, Tanoker Ledokombo
Instagram: Tanoker.ID
Email: tanoker@tanoker.org